Benchmark 2 : Climb to The Future
Tadinya saya berazzam kalau tulisan lalu adalah tulisan serius terakhir saya, ingin rasanya kembali menulis cerita fiksi lagi. Bukan apa-apa, menulis fiksi itu secara mental tidaklah terlalu berat karena tidak perlu memikirkan tersundutnya sebagian orang. Tapi alhamdulillah, belum satupun ada orang keberatan oleh tulisan saya, mudah-mudahan itu artinya kedewasaan kita sudah tumbuh. Andai ada yg tersundut juga, percayalah tulisan ini hanya dibuat dgn niat baik untuk meredakan tekanan di hati saya. Blog ini hanyalah sebuah safety valve, sumber tekanannya masihlah ada dan menyala. Jadi jangan bosan ya! Menanti Buah Kepala Saat saya melihat foto profil BBM Supriadi menampilkan dia di depan alat kimia canggih saya sudah merasa benchmark kali ini akan berbeda. Sayapun bertanya sedikit tentang apa yg dilihat mereka di Paiton IPP. Supri menjawab dgn antusias tentang alat-alat nan canggih di Lab, Dhini menjelaskan betapa melting-nya (percayalah,saya pun tidak faham artinya!) Supervisor