Tip Menghadapi Jetlag di Kantor Baru
Minggu ini ada dua teman saya yang mendapat SK kepindahan ke
Unit lain di Jawa tengah. Keduanya adalah SK pindah yang istimewa karena kedua
teman itu istimewa dan lokasi tujuannya juga istimewa. Mereka istimewa karena merupakan
junior yang sering disebut bagian dari “murid” saya, mungkin karena saya yang
mengajari mereka cara sampling air
kimia pertama kalinya. Lokasi pindahnya istimewa karena pindah sesuai keinginan
sendiri itu biasanya didasari keinginan pulang kampung dan sangat sulitnya di
perusahaan kami bekerja. Terbukti sejak 2004 saya berharap dipindah ke Jakarta
dengan alasan yang sama, namun Alhamdulillah
tidak pernah terkabulkan. Dan saya tidak berharap terkabulkan dalam kondisi
ini. Jadi hal ini dikatakan istimewa karena mereka berdua mendapatkannya
bersamaan.
Semoga Allah SWT mengaruniakan kesyukuran kepada teman-teman
itu.
Satu hal yang saya ingat dari proses kepindahan adalah dia
selalu disertai kebingungan, jetlag,
kekhawatiran berlebihan, rasa takut mengecewakan dan aneka was-was yang tidak
jelas. Saya ingat beberapa kali mengalami symptom jetlag seperti itu di beberapa kondisi. Tuhan mentakdirkan saya menjalani hal
itu sejak awal bekerja menjadi rookie
di Lab Kimia, bergabung dalam Tim Audit Sistem Manajemen, menjadi engineer
pendamping commissioning PLTU,
menjadi Pengawas Koperasi pegawai dan tentu saja yang baru setahun ini, jadi
pengurus Knowledge Management. Perjalanan
yang berliku dan ke sana ke mari itu selain memberi saya banyak perjalanan
dinas (hehehe….) juga memberi saya ilmu yang salah satunya akan kamu baca di
bawah ini.
Jadi sebagaimana saya dulu meneriaki mereka di samping Brine blowdown Desalination plant tentang
sampling air maka semoga kali ini
tulisan ini membantu mereka menghadapi dunia baru yang bisa jadi lebih asin
dari brine dan lebih panas dari auxiliary steam. Tentu saja trik-trik di
bawah ini sangat mungkin tidak cocok digunakan oleh orang lain selain saya
sendiri. Jadi anggap saja ini tulisan ringan untuk menemani makan malam bagi
kamu yang belum berpasangan, karena kalau sudah bersama suami atau istri masih
juga mantengin layar HP waktu makan
malam ya ter..la..lu !
1.
Be a Nice Boy!
Selalu ada tiga jenis manusia di dalam kelompok : Pelopor, Pengikut dan Penghalang.
Pelopor adalah orang yang visioner, berani dan rela berjuang
mewujudkannya. Kadang dia dibenci oleh mereka yang belum melihat visinya,
kurang suka dengan gayanya atau mereka yang merasa akan dikalahkan olehnya.
Pengikut itu manis wajahnya, menghindari benturan keahliannya
dan penuh perhitungan tindakannya. Jika orang ini ada di Gunung pastinya hanya
untuk selfie tanpa peduli berapa
ketinggiannya, vegetasinya, faunanya apalagi merenungi betapa agung
ciptaan-Nya. But every body loves him!
Penghalang adalah pelopor dalam kutub yang berbeda, semua
keberanian dan stamina bertarungnya bisa jadi sama kuat dengan Pelopor dalam
visi yang berbeda. Awalnya sering kali mereka adalah orang-orang yang
ditokohkan namun tidak siap berenang di arus perubahan.
Jika para Pelopor punya mimpi indah maka Penghalang punya
pengalaman pahit. Jika para Pelopor menghindari terjangan badai maka para
Penghalang adalah merasa memiliki bahtera keselamatan. Sebuah keseimbangan yang Indah bukan?
Saran saya jadilah Pengikut di masa-masa awal kepindahan.
Makanlah jika mereka makan, pulanglah jika mereka pulang dan tertawalah pada
tema yang membuat mereka tertawa. Karena manusia cenderung menyukai yang tidak
bertentangan dengannya maka demi kesan pertama janganlah melawan arus!
Selalu ingat bahwa kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya
terserah anda….
2.
Ask The Map!
Kita harus berterima kasih pada Nickelodeon yang menyiarkan Dora The Explorer setiap hari karena dia
selalu mengingatkan kita untuk bertanya pada peta. Di petalah Dora yang
ditemani Monyet bersepatu menemukan mainan yang hilang, pergi ke rumah Nenek
hingga pulang ke rumahnya sendiri. Sungguh membingungkan bagaimana Ibunya Dora
membiarkannya main di tengah hutan bersama monyet padahal Dora tidak ingat
jalan ke rumahnya sendiri.
Dalam pekerjaan baru peta ini juga ada, dalam bentuk yang
sederhana saya gambarkan di bawah ini.
Nah, semakin tinggi tingkatan kita dalam rantai komando maka
peta sederhana di atas tidak semakin panjang hanya saja semakin kompleks. Dari
mana kita mendapat sumber daya, bagaimana proses bisnis kita dilakukan dan
siapa konsumen hasil pekerjaan kita adalah pertanyaan paling dasar. Untuk bisa segera
keluar dari jetlag kita harus sebisa
mungkin menggambar peta itu lengkap dengan legendanya.
Sumber peta terbaik tidak bisa didapat seperti Dora memanggil
Peta dari ranselnya tapi digambar dari manusia-manusia yang bercokol di rimba
belantaranya. Dan mereka tidak selalu ada di sana, bisa jadi informasi terbaik
justru datang dari para mantan (saya tahu kata ini begitu sensitif, tapi maksud
saya pejabat sebelumnya), pekerja yang sama di kantor cabang lain atau siapa
saja yang berhubungan erat dengan fungsi tersebut.
Itulah kenapa tip pertama adalah be a nice boy! Karena kalau kita tidak diterima maka pintu
informasi yang sangat kita butuhkan bisa jadi akan tertutup rapat. Maka jika
itu terjadi peta kita akan sungguh buta. Bukan hanya cinta yang menyedihkan
bila buta, Peta juga lho…
3.
Find The Treasures!
Pada dasarnya setiap orang yang didudukkan di suatu kursi
pasti memiliki sesuatu yang membuat manajemen percaya padanya. Bahkan di dunia
ini tidak ada yang kebetulan, Allah SWT menentukan sesuatu dengan alasan yang
kuat dan tidak pernah sia-sia. Contohnya kamu membaca tulisan ini bukan sekedar
karena penulisnya keren kan? Hehehe…
Saat kita sudah diterima oleh lingkungan dan bisa berkerja
dengan baik di bawah asuhan Peta yang semakin akurat setiap hari itu bukanlah
akhir dari perjalanannya. Saya harus berterima kasih pada Disney Junior karena
menyiarkan Jake and The Neverland Pirate
sehingga saya bisa belajar dalam setiap perjalanan selalu ada harta tersembunyi
(treasure).
Begitu banyak orang terjebak di dalam Peta, mereka bekerja
sangat hebat, dengan mata tertutup saja sanggup berkinerja luar biasa. Lalu di
akhir hari mereka kelelahan, tubuh semakin renta, jiwa merana dan usia tak lagi
muda. Mereka berjalan di atas Peta yang orang lain tuliskan dan menjadi
pengikut seumur hidupnya.
Saya bukanlah orang yang sukses jika sukses adalah karir yang
gemilang. Di Lab dan Tim Audit saya merasa tidak kompeten, dalam commissioning saya tidak dikenal, di
Koperasi saya tidak terlalu lama juga dan di knowledge management ini saya belum ngapa-ngapain. Saya juga tidak bahagia jika ukurannya adalah saya
menikmati proses ini dalam tawa dan ceria sambil dipuja-puji rekan kerja dan
atasan.
Sebagian teman, atasan dan murid menganggap saya pengganggu kesenangan atau "musuh". Padahal sejauh yang saya mampu bahkan kepada yang paling kontradiktif pun saya masih menyayanginya. Mereka mungkin belum belajar bahwa benci dan cinta itu gejalanya mirip dan efeknya nyaris sama. Pula biasanya mereka yang kita cinta ataupun kita benci adalah orang memiliki kemiripan dengan kita. Jadi untuk apa membenci jika bisa mencintai bukan?
Saya adalah manusia biasa yang menghabiskan dua tahun
meratapi kegagalan karir sambil lembur puluhan jam di bawah deru suara mesin
dan cipratan bahan kimia. Saya manusia biasa yang menahan diri untuk tidak
memukul meja saat mereka di ujung meja mentertawakan kredibilitas saya. Saya manusia
yang menyerah saat tidak mampu berkomunikasi dengan engineer asal Tiongkok yang tidak mengerti sepotongpun
kalimat dalam bahasa inggris. Saya adalah saya sebagaimana kalian kenal dengan
duka dan keluhannya.
Tapi saya mendapatkan harta karunnya!
Saya ada di sana, bekerja sama dengan mereka yang mungkin
tidak sefaham namun berhasil mengubah Lab menjadi lebih baik. Saya ada di sana,
beradu debat dengan auditee yang pada akhirnya terbantu proses kerjanya. Saya ada
di sana, berdiri sambil tersenyum menikmati aliran sample yang semakin bening dan asap blowdown
yang semakin redup. Saya ada di sana, mengajarkan anak-anak muda yang kaget
dengan gaji pertama prinsip-prinsip kerja yang selamanya membedakan mereka dari
yang lain.
Itulah harta karunnya, yang membuat saya (kadang-kadang)
ketagihan kerja, yang membuat saya bisa bercerita kepada kamu.
Dan kita tidak bisa mendapatkan harta karunnya tanpa menjadi
Pelopor. Di tahap ini apapun posisi kita, ucapkanlah selamat datang pada
ketidak nyamanan abadi. Di tahap ini, hidup kita akan selalu dalam turbulensi
walau pesawat sudah mendarat. Di tahap ini, akan terlihat mana kawan dan mana
lawan. Di tahap ini, seorang yang tidak memperbaharui pengetahuannya akan
terlihat tua di awal tiga puluhan.
Nah,
jika ketiga tahap ini selesai dijalani bersiaplah untuk pindah ke tempat baru
yang lain!
Sejauh
kata seindah pandangan mata, ini hanyalah kumpulan dari pengalaman hidup saya.
Ini mungkin cocok mungkin juga tidak akan cocok bagi kalian. Kalian boleh
komentar tidak setuju atau menambahkan point keempat dan kelima sesuka hati.
Tip-tip ini bukan penggalan ayat Kitab suci dan saya bukanlah Nabi yang
terbimbing Wahyu Illahi.
Selamat
berkarya!
Wallaahua’lam..
Perjalanan Pulang, 13 Agustus 2015
Your friend as always
(what ever you think of me)
Abu Hasan bin Khudri Al-Bughuri
Catatan
:
Refleksinya gampang diterima :)
BalasHapusTerima kasih, Teh. Saya masih kagetan nulisnya, terlalu panjang, terlalu ngawur & belum bisa menulis rutin seperti Teteh.
HapusMohon masukannya..
Tulisan Harry Topp :-)
BalasHapusSeperti baca tulisan kolumnis ala Pak R Kasali
Lanjutkan...
Wah, kalo habis dari blog Mas Dudin tulisan di sini kayak habis makan rendang dikasih kerupuk. Nyes.... tapi menulis memang jalan keluar yg konstruktif. Saat kebuntuan bisa saya tuangkan dlm format yg lain.
HapusTapi tetep ga ada rumus matimatikanya blass. Hehehe...