Jeranjang : Menatap Sakurai


5.

Kang Cecep adalah anggota Tim 2 yg berasal dari Dept. Kimia Suralaya. Saat malam itu di depan kamarnya saya bertanya tentang apa yg akan saya hadapi besok pagi dia tidak banyak bicara. Asap rokok mengepul-ngepul dan dia masih hemat berbicara seperti dulu.

"Tong duhur teuing heula ekspektasina!" (Jangan terlalu tinggi dulu harapannya!).

Dia memang menceritakan beberapa kekurangan proyek ini. Dalam hati saya merasa sudah menyiapkan stok maklum yang sebanyak-banyaknya supaya tidak terlalu kaget. Setiap perubahan selalu diiringi kekacauan & ketidak nyamanan, apa lagi jika ini adalah perubahan dari tidak ada menjadi ada. Semua proyek kontruksi selalu membawa keruwetan, kekotoran bahkan kehancuran dan saya benar-benar menyiapkan diri. Semua kerusakan itu harusnya bermuara pada keindahan benda yg sama sekali baru.

Tapi yg saya lihat pagi itu menguras sebagian besar kesiapan saya. Dalam artian positif saya baru pertama kali melihat unit pembangkit yg di kelilingi sawah menghijau, bukit nan permai dan laut yang indah. Saya sempat merasakan indahnya romantika saat melihat serangga totol-totol (entah apa namanya) yg hinggap di daun kangkungan (ini juga entah apa namanya) di pinggir sawah padi. Semua itu adalah hal yg hanya saya dapati belasan tahun lalu di kampung halaman. Saat Cilebut masih hijau alamnya & bersih sungainya.

Saya membayangkan ekspresi teman-teman di Jawa saat melihat bukit di belakang pembangkit itu diselimuti kabut putih dalam gerimis yg romantis. Anak-anak seperti Nia akan menunjukkan ekspresi takjub bahagia, Bayu mungkin akan mengajak saya hiking di akhir pekan, Supriadi akan segera minta difoto dengan gaya melompat, sementara Hariadi dan Aris akan minta difoto dengan gaya seperti cover album Padi tahun 2000an. Bu Mila, Bu Vera dan Mba Dhin? Mungkin mereka akan segera berlarian masuk ke gedung untuk menghindari hujan.

6.

Tugas kami di sini sebagai pendamping commissioning adalah memaksimalkan pengalaman, pengetahuan dan wawasan kami untuk melakukan perbaikan. Dalam bahasa yg sederhana kami diminta melaporkan segala potensi kekurangan untuk dpt diperbaiki. Laporan-laporan Non Comformity (NCR) itu lalu diserahkan kpd fihak pemilik proyek.

Seperti pernah saya sampaikan bahwa saya butuh banyak belajar di PLTU batu bara, maka hal pertama yg saya lakukan adalah mengcopy file dari Tim 1 dan Tim 2. Di situlah saya melihat jarak mutu kompetensi saya dan teman-teman suralaya. Saya pun juga menyadari bahwa Suralaya dan Grati tidak bisa dibandingkan begitu saja, dept kimia di dua unit itu menghadapi lingkungan yg berbeda.

Saat membaca laporan Medi, saya menyadari kepantasannya menjadi Spv Kimia di unit sebesar Suralaya. Beberapa orang memang menganggapnya masih terlalu muda atau berijazah terlalu rendah untuk tanggung jawab sebesar itu. Tapi bukankah dunia ini memang diciptakan untuk membuat para komentator berkomentar?

Saya mengingatnya sbg salah satu "Sakurai" dlm hidup saya. Sakurai adalah salah satu tokoh jenius dlm manga basket "Harlem Beat" yg terkenal di awal dekade 2000-an. Di tahun terakhir kami di Smakbo, Medi adalah ketua kelompok praktikum saya. Berdua kami sering pergi dari satu Lab ke Lab lain, dari perpustakaan BSN di Manggala Wana Bhakti hingga perpustakaan IPB di Dramaga. Saya jarang melihat dia belajar tapi nilainya selalu bagus, dia juga jarang mencari perhatian tapi sering jadi pusat perhatian. Di sini, NCR yg ditulis Medi sangat detil & dalam. Pengamatannya hingga ke urusan material mengesankan kekuatannya sbg lulusan teknik mesin disamping analis kimia. 

Saya juga melihat tulisan tangan Cecep di lembaran P&ID, tulisan tangannya tetap tegak, tajam dan konsisten walau saat itu mungkin saja dia baru berjalan kaki sejauh 1 Km keliling plant. Sungguh sulit untuk saya menyesuaikan diri dengan langgam duo suralaya itu. Tapi tiap kesulitan selalu menjadi tantangan saat kita masih punya harapan. Maka hari-hari saya di sini diisi dengan acara yg kurang lebih sama saat pertama kali saya dipindah ke Grati : jalan kaki perlahan mulai dari kanal intake hingga outfall. Di hari ke-3 ini saya masih parkir di Water Treatment Plant (WTP).

Dalam Manga "Harlem Beat" tokoh utama bernama Toru Naruse mendapat inspirasi untuk bermain basket atas ajakan Sakurai-san. Naruse lalu berlatih sangat keras agar bisa bermain sejajar bersama Sakurai. Semua orang menganggap Naruse telah berusaha sangat keras dan tumbuh sangat baik, tapi Naruse berfikiran lain. Dia berkata tentang Sakurai dalam salah satu pertandingan.

"Tak peduli berapa ribu langkah aku berlari, tak peduli sebanyak apa aku menahan sakit ini, hal terbaik yg bisa ku dapatkan hanyalah menatap nomor punggungnya saja."

Mataram, 11 Desember 2013

Catatan Harry : Gambar dari http://yayanadenan.wordpress.com/2010/03/18/harlem-beat/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fiqih Jinayat (4) : Siapa Bilang Semua Pencuri Harus Dipotong Tangannya?

Cerita Dadar Gulung

Sang Surya