Dear My Friend...
Dear DR.,
Sebenarnya niat untuk ketemu berdialog sudah ada sejak bulan lalu tapi
entah mengapa urusan saya ribet banget
akhir-akhir ini. Bahkan salah satu jalan emas hobby saya yaitu menjadi
kontributor sebuah buku kumpulan cerpen pun tidak kebagian waktu. Jadilah
kemarin kita membahas temuan yang sebenarnya sangat engga nafsuin untuk dibahas. Kenapa? Karena perbedaan-perbedaan yang
membuat temuan itu keluar sudah sedemikian keras dan saya pada posisi tidak
bisa berbuat apa-apa.
Tentang Perubahan…
Ada tiga syarat yang selama ini saya percaya menjadi trigger sebuah proses perubahan. Tentu banyak yang tidak setuju dengan
pendapat saya karena perbedaan pengalaman kita masing2 dalam meletakkan
perubahan itu sendiri. Dengan pemicu yang tepat ledakan bisa menjadi sangat
indah bukan ?
1. What
Awalnya saya yakin orang akan merasa saya itu rasis atau
ekstrimis karena sangat rajin bertanya kepada anak baru pertanyaan-pertanyaan
seperti : “Sebelum di sini kerja di mana?”; atau “Sekolahnya di mana?”; atau “Pernah
jadi aktifis gerakan apa?”; dan yang sejenis dengan itu.
Menurut saya kebanyakan orang yang tidak mau berubah bukan
karena tidak bisa tapi karena tidak tahu. Saya pernah OJT di PMA yang kebetulan
sangat baik tata kelola Lab-nya sehingga saat pertama mendarat di Lab sini saya
mengkernyitkan dahi. Ada kawan yang pernah PKL di sebuah perusahaan semen dan
menikmati sajian perpustakaan modern di sana mengeluhkan kualitas perpustakaan
kita. Atau ada juga yang pernah bekerja di perusahaan asing dengan sistem outsourcing dan pola shift yang kejam
lalu menjadi sangat bersyukur ketika diterima bekerja di kita, dia menerima SK
operator shift dengan wajah berseri-seri. Tempat kita berasal, organisasi yang
kita bela dan ikuti juga keluarga yang membimbing hidup kita akan mewarnaikan
siapa kita.
Saya ingat proses perubahan pertama yang saya perjuangkan di
sini. Dulu dahi yang berkernyit itu lama-lama pegal juga, saya pun mengutarakan
kegalauan saya kepada kawan saya satu daerah satu profesi. Hanya curhat saja
tidak ada tindakan membuat dahi saya semakin berkerut, lalu sayapun melakukan
sesuatu yang selalu dilakukan para juara (ceileeehh)
: berhenti bicara dan mulai bekerja. Saya mendefinisikan gap antara Lab kita dengan
Lab saya di PMA dulu, lalu menimbang tingkat prioritas berdasarkan proses
bisnisnya hingga akhirnya memutuskan memperbaiki proses kalibrasi alat dan
kualitas produk lebih dulu.
Tahukah kamu, saya bekerja lembur sampai malam selama dua
minggu untuk mencapai kedua target itu tadi! Dua minggu yang kurang tidur dan
kurang gizi itu begitu menyiksa tapi siksaan sesungguhnya adalah kalimat sinis
: "wis ngene waee, mas!".
Kurangnya bimbingan dan pustaka tidak ada artinya dibanding kalimat itu,
sungguh! Hingga di hari ke -14 saya berhasil mencapai dua target saya dengan
manis. Saya tuliskan kata HOREE besar-besar di buku Logbook saking senangnya
lalu malamnya saya menikmati tidur nyenyak di kamar kostan.
Rekan-rekan saya di Lab bagaimana?
Mereka tidak kenapa-kenapa. Maksud saya tidak tergerak untuk
membantu, bukan karena mereka tidak mau tapi lebih karena mrk tidak tahu APA yang
saya inginkan. Tanpa pengalaman di tempat lain, nonsense kita bisa melihat pemandangan lain! Makanya kita
membutuhkan benchmarking untuk
membawa kita keluar dari tempurung kecil. Kecuali ada pemimpin yang demikian
hebatnya sehingga mampu membagi visinya dengan kita sehingga kita pun melihat
visinya layaknya film 3 dimensi.
Apakah kalian siap membuka visi?
2.
Why
Apa yang gratis di dunia ini? Tidak ada,kan?
Apa yang gratis di dunia ini? Tidak ada,kan?
Begitu pula proses perubahan yang kita kawal, apapun itu. Ini
adalah iman, ideologi atau azas dasar seseorang. Maksud saya motivasi dibalik
kemampuan kita bergerak sangat menunjukkan siapa kita. Ada yang begitu mulianya
hingga kerja berjam-jam tanpa SPKL semata-mata karena menganggap kerja adalah
ibadah. Ada yang bersedia berubah karena melihat promosi di balik pintu. Ada yang
melakukannya karena ingin mengimpresi atasannya. Ada begitu banyak contoh nyata
di depan mata...mungkin saja contoh paling nyata ada di depan mata saat kita
bercermin.
Dalam kasus di Lab dulu saya pernah begitu putus asanya
hingga berkali-kali ingin resign.
Tapi Allah melalui kedua orang tua saya meminta saya bersabar saja. Rupanya
waktu-waktu itu adalah saat saya dipaksa untuk melihat kembali tujuan saya bekerja.
Walhamdulillah, saya pun melewati
masa-masa itu dengan segala eksesnya dan mengenangnya sebagai kenangan manis. Adapun
ujian yang terbesar tetaplah kalimat sinis : "wis ngene waee, mas!".
Rekan-rekan saya gimana?
Mereka bukan hanya tidak melihat apa yang saya lihat, mereka
juga tidak memiliki cukup alasan untuk membantu saya. Tidak ada hubungannya
antara keinginan saya yang menggebu-gebu untuk melakukan perbaikan dengan nilai
kinerja mereka. Tanpa alasan yang tepat, tidak ada satu pun hal terjadi di
dunia ini. Sampai sini kita tahu bahwa alam seisinya bergerak begitu harmoni
hanya karena satu alasan : Tunduk kepada Allah SWT.
3. Who
Apa perasaanmu saat membaca ini pertama kali? Biasa saja kan?
Harry kirim email sudah biasa. Tapi bagaimana kalau yang kirim email ini adalah
Our big boss? Hmmm…mungkin kamu akan
berhenti ngemil sejenak, menarik nafas dalam dan membaca doa pendek sambil
harap-harap cemas isi emailnya bukan tentang pindah kantor. Hehehehe....
Rhenald Kasali dalam Change
(2004) menjelaskan slh satu penyebab gagalnya perubahan bukan semata perubahan
apa yang dibawa ataupun alasan perubahan yang kurang kuat tapi pada sosok SIAPA
yang membawanya. Bani Israil menolak mentah-mentah risalah Islam justru bukan karena
mereka tidak tahu apa isinya atau kenapa harus mengikutinya, mereka menolak
semata-mata karena Muhammad SAW adalah keturunan Ismail as. bukannya keturunan
Ya'kub as.
Saya pun memahami posisi saya di sini, memahami kenapa sulit
sekali pada awalnya saya mendrive
sebuah perubahan. Karena saya bukan siapa-siapa saat itu! Kondisi berbeda saat
pegawai-pegawai baru mulai masuk, mereka pintar dan bersemangat. Lebih jauh
lagi saya adalah senior, dengan modal senioritas saja saya mencoba menularkan
visi saya kepada mereka. Tanpa kemampuan untuk memberi punish dan reward memang
kepemimpinan seorang senior bisa tidak ada tajinya, tapi saya belajar bahwa
kepemimpinan itu bukan semata pangkat dan jabatan. Kita adalah pemimpin sejauh
360 0 jangkauan kita!
Tujuan yang
mengawang-awang..
Saya sangat suka melihat awan bukan karena awan itu putih dan
beraneka rupa tapi juga karena awan itu melayang-layang. Sama spt mimpi-mimpi
saya yang saya lihat mengawang-awang. Mimp-mimpi itu begitu dekat hingga saya
bersedia bekerja lebih keras untuk mencapainya, juga begitu sulit ditangkap
hingga kadang saya berpaling, menyerah dan mencoba melupakannya. Lalu saat saya
kembali menengoknya dia telah berubah menjadi sosok mimpi baru yang sangat elok
untuk tidak dikejar, tapi tetap saja dia mengawang-awang. Ada satu telur impian
saya di kandang itu, tentang sebuah organisasi sehat yang berkembang bersama
inovasi dan keterbukaan.
Mampukah kita semua sampai ke sana?
Wallaahua'lam.
051012
051012
Catatan Harry :
Ini adalah sebuah catatan saya yang saya salin dari email
pribadi saya kepada dua orang kawan baik saya di kantor. Mereka sangat hebat,
hingga bisa berdiskusi dengan saya tanpa menggebrak meja! Hahahaha…..
Gambar dari http://www.cyberdesignz.com/blog/website-design/tips-to-identify-your-target-audience/
Komentar
Posting Komentar