Jeranjang : Gagallah Kamu, Kau Ku Hukum!

12.



Pagi itu saya visit ke Lab Kimia, bisanya saya hanya datang untuk melihat apa yang sudah dikerjakan teman-teman kontraktor dan  berdiskusi tentang permasalahan yang ada di lapangan. Keakraban kami yang sudah terjalin beberapa minggu ini memang menjadikan saya mudah saja untuk mendapatkan masukan dari mereka dan sebaliknya. Saya merasa pencapaian terbesar saya di sini sebenarnya mendapatkan teman baru dan akrab dengan mereka. Andai kamu tahu seperti apa keseharian saya mungkin kamupun akan mengerti mengapa hal ini justru penting untuk saya.

Siang itu teknisi sampling mengungkapkan kecurigaannya pada saya bahwa sample air pendingin pagi itu tercemar minyak. Menurut saya kemampuan kita menilai dan menanggapi berita bergantung pada kapasitas kita terhadap berita itu sendiri. Banyak sekali orang yang mengolok-olok partai, ormas maupun pejabat yang memberikan bantuan kepada penduduk yang terdampak bencana setelah menonton berita di TV dan portal berita online. Mereka menumpahkan kemarahannya di wall-wall socnet seolah bantuan-bantuan yang diberikan hanya bungkus dari kampanye dan pencitraan belaka. Sayangnya para pemarah ini sering kali hanya tahu bencana dari TV dan portal berita online saja, pengalaman terjun langsung memberikan pertolongan pertama di lokasi bencana mungkin tidak ada. Mungkin saja mereka sudah menyumbang melalui lembaga-lembaga bantuan tapi bagaimana bisa sumbangan itu bisa menandingi dosa suudzon kepada mereka yang ada di lokasi bencana. Menurut kamu bagaimana bila ternyata para pemarah itu bahkan tidak menyumbang sama sekali?

Begitu pula kecurigaanya pada cemaran minyak itu bagi si teknisi adalah hal biasa yang jadi bahan perdebatan dengan anggota timnya yang lain. Tidak ada metoda yang bisa kami gunakan di sini untuk memastikan dugaan itu selain uji organoleptik. Saya memegang botolnya dan mencium aroma yang ada di sana. Lapisan minyak tipis yang tampak sedikit di sana dan adanya beberapa parameter uji yang menyimpang dari trend menyalakan lampu kuning di kepala saya. Urusan trend  ini saja masih merupakan khilafiyah di kalangan chemist. Perlu halaman lain untuk membahas khilafiyah trend dan baku mutu kimia air pendingin, dan bukan untuk itu blog ini ada.

Saya lalu menghubungi rekan senior saya di Operasi untuk memeriksa kondisi yang mungkin ganjil di lokal sementara saya menggali informasi lebih dalam di Lab. Saya akhirnya meminta tim itu melakukan sampling di tempat baru dengan teknik yang telah disesuaikan dengan kondisi baru dan beberapa tindakan perbaikan di Lab. Tak dinyana rekan saya datang ke Lab pada saat kami belum selesai sampling ulang dan melakukan tindakan perbaikan. Dan kedatangan para senior biasanya selalu memberi tekanan di ruangan, saya sangat tahu itu karena saya sering menghadapi tekanan ini di Jawa.

Orang-orang biasanya terlalu berharap Lab Kimia bisa menjawab semua pertanyaan, sepertinya semakin tinggi pangkat dan masa kerjanya akan semakin besar harapannya itu. Semakin sering mereka berharap begitu semakin terlatih pula gesturenya, sehingga tanpa sadar kehadirannya saja sudah cukup menambah gravitasi ruangan. Di Lab kami di Grati saya biasanya menghalau para senior dari Lab ke ruang rapat untuk memberi adik-adik saya ruang lebih. Ada kalanya saya melakukannya dengan sedikit memaksa, terutama bila saya menghadapi mereka yang sebaya.

Ada juga yang sebaliknya, merasa dirinya sudah sangat senior dan ahli sehingga cenderung mendikte kami, persis seperti anak kemarin sore yang baru ngaji sebentar lalu merasa sudah jadi Mujtahid mutlaq. Baru seminggu dua minggu pergi dari rumah tiba-tiba pulang dengan membawa aneka tuduhan bid’ah. Mungkin mereka tahu tentang plant lebih baik dari kami tapi mereka tetap saja bukanlah chemist yang pendidikan dan pekerjaannya hanya mengurusi kimia. Bahkan para chemist saja harus seperti ulama mujtahid betulan, harus sangat berhati-hati memberi fatwa dengan banyak membaca buku dan rajin bertanya kepada rekan lain. Ilmu kimia yang terus berkembang tidak menyediakan tempat untuk orang yang anti membaca dan bosan bertanya. Mungkin itulah juga alasan saya tidak cocok berada di kimia.

Singkatnya setelah sampling ulang dan tindakan perbaikan lain dilakukan ternyata sample itu normal, maka ini adalah kesalahan sampling. Wajah si teknisi muda itu memerah muda, bicaranya mulai gagap, tempo nafasnya lebih tidak teratur dan gerakan badannya tidak lagi fokus. Anak muda ini rupanya merasa telah melakukan kesalahan, kesalahan yang membuat ketua timnya hampir membuat keputusan yang salah. Adanya para senior di ruangan Lab itu saja sudah membuat gravitasi menjadi berat apalagi jika ada di antaranya yang mengeluarkan komentar negatif. Anak itupun terlihat hancur, ketua timnya yang juga masih muda itu belumlah terlatih menjadi pemimpin sehingga malah ikut-ikutan menyalahkannya. Tinggallah saya di sana, seperti tertarik ke Lab Grati beberapa tahun lalu saat ada seorang adik yang tidak diberi kesempatan menata diri sementara saya hanya bisa melihatnya dari balik jendela kaca.

Kondisi ini bisa terjadi di mana saja tidak hanya di Lab kimia. Orang-orang dalam scene itu bisa siapa saja, bisa saja kita yang jadi teknisi muda itu, jadi ketua tim kotraktor kimia atau jadi expert senior. Saya percaya pada akhirnya waktu akan membiarkan kita mencoba ketiga posisi tersebut. Lalu jika saat itu datang apa yang akan kita lakukan?

Apakah seseorang tidak boleh gagal?

Apakah kita tidak boleh melakukan kesalahan?

Karena saya sangat yakin jawaban kita semua akan sama maka tidak perlu dibahas lagi tetek bengeknya. Hanya kita perlu sepakat bahwa menggunakan kesalahan orang untuk menghukumnya bukanlah pilihan bijak saat semua orang dalam  proses pembelajaran dan perbaikan. Hukuman sebaiknya dilakukan pada kesalahan berulang saat kita sudah menganalisis dan mengeliminasi faktor pemicunya. Itupun sejatinya dilakukan untuk menegakkan sistem dan memelihara budaya kerja yang sehat. Sulit membayangkan berapa banyak orang yang patah semangat bila setiap kesalahan harus dihukum begitu saja, berapa banyak kemajuan yang terhalang karena setiap orang diliputi rasa takut untuk mencoba dan berapa banyak angka palsu akan dituliskan demi memenuhi kesempurnaan pelaporan.

Dan tanggapan yang arogan terhadap suatu kesalahan yang dilakukan anggota tim adalah bentuk hukuman yang paling sederhana. Apalagi pengurangan nilai, penghancuran karir dan pemberian stigma pada nama baiknya.

Mereka yang melakukan kesalahan adalah mereka yang dikirim Tuhan untuk kita bantu. Karena kita semua berhak untuk salah, berhak untuk diperbaiki, berhak diajari, berhak dibimbing dan berhak juga untuk dihukum. Semuanya akan tepat saat diletakkan pada konteks yang tepat.

Dan kalau kamu menganggap tulisan ini juga salah maka janganlah terburu-buru marah. Bantulah saya dengan menulis komentar di bawahnya! Semoga bantuanmu membuat saya lebih baik.

Wallaahua’lam.


Lombok barat, 22 Januari 2014

Catatan :
1. Gambar diambil dari http://muslimdaily.net/berita/medis/waspadalah-hukuman-berat-penyebab-anak-suka-berontak-dan-berbohong.html#.Ut-FBtL-I1I

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fiqih Jinayat (4) : Siapa Bilang Semua Pencuri Harus Dipotong Tangannya?

Cerita Dadar Gulung

Sang Surya