Jeranjang : Jadilah Keren!

11.



Saya ingat saat masih kelas lima atau kelas enam SD dulu, ada beberapa alumni yang datang mengunjungi sekolah pagi-pagi. Saat itu masih jam Sembilan pagi dan kami ada di antara dua jam pelajaran. Abang-abang saya itu sudah bersekolah di salah satu Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Kota Bogor. Mereka memakai seragam putih biru, kemeja seragam putih dengan dikeluarkan, celana panjang biru yang lebar di bagian bawah, membawa tas kecil yang mungkin tidak akan muat menampung kertas A4, aksesoris gelang warna-warni, rantai pengikat dompet dan rambut belah dua menutupi telinga. Para guru akan menganggap mereka berandalan, tapi tampilan tersebut bagi kami adalah KEREN dan itulah yang kami jadikan teladan.

Fakta bahwa mereka membolos, yang artinya mengkhianati amanah orang tuanya untuk belajar sama sekali tidak terfikirkan oleh kami yang masih SD. Mungkin saja kami memikirkan hal-hal jelek tersebut, tapi mereka terlalu keren untuk ditolak.  Begitulah lugu dan bodohnya saya saat masih SD, entahlah apakah kamu juga dulu demikian.

Seperti pagi itu Koordinator Tim kami memberikan briefing tentang suatu yang temanya sama dengan judul tulisan ini : KEREN. Beliau bilang bahwa usulan kami tidak akan dapat menghasilkan perbaikan jika pihak berwenang tidak memperhatikannya. Klien hanya memperhatikan usulan lalu mengikutinya jika usulan kita dapat memberikan benefit baginya. Dalam bahasa saya, usulan kita harus keren karena hanya yang keren yang menyabet perhatian. Percayalah, saat kita sudah jadi orang keren akan lebih banyak jalan terbuka dan lebih banyak lampu menyala!

Saya tersenyum mengetahui bahwa begitu jugalah hidup kita, dalam karier, keluarga, dan kepada semua hal selain kepada Tuhan. Benar, hanya kepada Allah-lah kita tidak perlu menjadi keren, karena Allah tidak membutuhkan kita, kitalah yang selalu membutuhkan-Nya. Tuhan melihat kita apa adanya, semakin menunduk kita semakin banyak cinta-Nya. Demikianlah cara keren kepada Tuhan, dengan menjadi hebat dalam kesepian. Bukan pakaian apalagi gaya rambut yang akan membuat Tuhan memperhatikan kita, tapi qalbu, milik kita sendiri yang bahkan tidak dapat kita lihat warnanya. Tilawatil qur’an yang dibacakan sepenuh jiwa akan menjadi cahaya rumah kita yang terlihat dari langit sebagai mana bintang gemintang terlihat dari bumi. Sementara umroh dan haji yang berharap pada apresiasi manusia mungkin hanya akan berakhir di album foto belaka.

Keren yang saya bahas di sini bukanlah semata-mata tampil trendy dan berbeda. Keren itu pada hakikatnya adalah upaya untuk mendapat perhatian dan selalu diperhatikan orang lain. Pada tahapan awal orang yang ingin keren akan mengikuti prilaku idolanya lalu saat dirinya sendiri sudah keren maka akan ada orang yang menjadikan dia idola. Kuncinya bukan semata menjadi idola atau menjadi perhatian, tapi mendapat pengakuan.

Apapun yang dinyanyikan Ariel dan Noah akan selalu diberikan tepuk tangan. Apapun yang dulu dikenakan Alm. Ust Jefri akan banyak diikuti orang. Jika Pak BJ. Habibie lewat di samping sebuah pesawat lalu termenung selama lima menit, maka pesawat itu mungkin akan diperiksa oleh teknisinya berkali-kali walaupun beliau tidak mengucap sepatah katapun. Dan sesingkat apapun kicauan Pak Presiden di twitter akan selalu mendapat komentar atau forward-an. Karena mereka semua sudah keren!

Jadi kalau hari ini kamu adalah orang pertama yang ditelepon atasan saat ada permasalahan di tempat kerja maka kamu sudah keren. Kalau kamu selalu dicari di kantor oleh banyak orang untuk dimintai bantuan maka kamu sudah keren. Kalau kamu selalu mendapat tempat untuk memberikan sepatah dua patah kata saat ada acara juga artinya kamu sudah keren. Bahkan saat kamu selalu disebut namanya dalam doa pemuka agama juga artinya kamu keren. Kamu sudah diperhatikan, diakui dan mendapat apresiasi, terlepas apakah kerennya di bidang positif atau malah negatif.

Dan karena keren itu merupakan kata sifat maka dia juga memberi akibat dalam hidup kita. Seorang teknisi ujung tombak mungkin malah kehilangan kesempatan untuk promosi karena manajemen memandang dia belum tergantikan. Seorang pegawai teladan mungkin akan kehilangan waktu istirahatnya untuk melayani teman-temannya. Seorang orator yang ulung mungkin akan kehilangan massa dalam waktu singkat saat dia salah berucap sepatah dua patah kata. Dan seorang anak yang durhaka mungkin akan mengalami hidup yang berat karena patah hati orang tuanya.

Maka karena menjadi keren itu wajib kita haruslah menjadi keren!

Karena keren itu juga memberi akibat pada hidup kita, pilihah ke-keren-an yang baik dan benar di tempat yang sesuai!

Tapi yang paling utama, jadilah hamba yang keren di hadapan Tuhan! Karena suatu saat nanti seberapapun kerennya kita, Dunia pasti akan meninggalkan kita.

Wallahua'lam. 


Lombok Barat, 20 Januari 2014

Catatan :

1. Foto diambil dari http://catatanterbaru.blogspot.com/2012/12/foto-profil-biodata-ariel-noah-band-eks.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fiqih Jinayat (4) : Siapa Bilang Semua Pencuri Harus Dipotong Tangannya?

Cerita Dadar Gulung

Sang Surya