Ada Kekuatan dalam Niat
Oleh : Unidentified (maksudnya saya lupa ini dapat dari mana)
Dahulu ada seseorang dari Bani Israil yang alim dan rajin beribadah kepada Allah SWT. Suatu ketika ia didatangi sekelompok orang. Mereka berkata, ”Di daerah ini ada suatu kaum yang tidak menyembah Allah, tapi menyembah pohon.” Mendengar hal itu ia segera mengambil kampak dan bergegas untuk menebang pohon itu. Melihat gelagat tersebut, iblis mulai beraksi dan berusaha menghalangi niat orang alim itu. Ia mengecohnya dengan menyamar sebagai orang tua renta yang tak berdaya. Didatanginya orang itu setelah ia tiba di lokasi pohon yang dimaksud.
Dahulu ada seseorang dari Bani Israil yang alim dan rajin beribadah kepada Allah SWT. Suatu ketika ia didatangi sekelompok orang. Mereka berkata, ”Di daerah ini ada suatu kaum yang tidak menyembah Allah, tapi menyembah pohon.” Mendengar hal itu ia segera mengambil kampak dan bergegas untuk menebang pohon itu. Melihat gelagat tersebut, iblis mulai beraksi dan berusaha menghalangi niat orang alim itu. Ia mengecohnya dengan menyamar sebagai orang tua renta yang tak berdaya. Didatanginya orang itu setelah ia tiba di lokasi pohon yang dimaksud.
”Apa yang hendak kau lakukan?” tanya iblis.
Orang alim itu menjawab, ”Aku mau menebang pohon ini!”.
“Apa salahnya pohon ini?” tanya iblis lagi.
“Ia menjadi sesembahan orang-orang selain Allah. Ketahuilah ini bukan
termasuk ibadahku.” Jawab orang alim itu.
Tentu saja iblis tidak menginginkan niat orang itu terlaksana dan tetap
berusaha untuk menggagalkannya. Karena iblis berusaha menghalang-halanginya,
orang alim itu membanting iblis dan menduduki dadanya. Di sinilah iblis yang
licik mulai beraksi.
”Lepaskan aku supaya aku dapat menjelaskan maksudku yang sebenarnya,”
kata iblis.
Orang alim itu kemudian berdiri meninggalkan iblis sendirian. Tapi ia
tidak putus asa.
”Hai orang alim, sesungguhnya Allah telah menggugurkan kewajiban ini
atas dirimu karena engkau tidak akan menyembah pohon ini. Apakah engkau tidak
tahu bahwa Allah mempunyai Nabi dan Rasul yang harus melaksanakan tugas ini.”
Orang alim tersebut tak mempedulikannya dan tetap bersikeras untuk
menebang pohon itu. Melihat hal itu, iblis kembali menyerang. Tapi orang alim
itu dapat mengalahkanya kembali. Merasa jurus pertamanya gagal, iblis
menggunakan jurus kedua. Ia meminta orang alim itu untuk melepaskan injakan di
dadanya.
”Bukankah engkau seorang yang miskin. Engkau juga sering meminta-minta
untuk kelangsungan hidupmu,” tanya iblis.
”Ya, memang kenapa,” jawab orang itu tegas, menunjukkan bahwa ia tak
akan tergoda.
“Tinggalkan kebiasaan yang jelek dan memalukan itu. Aku akan memberimu
dua dinar setiap malam untuk kebutuhanmu agar kamu tidak perlu lagi meminta-minta.
Ini lebih bermanfaat untukmu dan untuk kaum muslimin yang lain daripada kamu
menebang pohon ini,” kata Iblis merayu.
Orang itu terdiam sejenak. Terbayang berbagai kesulitan hidup seperti
yang didramatisasi iblis. Rupanya bujuk rayu iblis manjur. Ia pun mengurungkan
niatnya. Akhirnya ia kembali ke tempatnya beribadah seperti biasa. Esok paginya
ia mencoba membuktikan janji iblis. Ternyata benar. Diambilnya uang dua dinar
itu dengan rasa gembira. Namun itu hanya berlangsung dua kali. Keesokan harinya
ia tidak lagi menemukan uang. Begitu juga lusa dan hari-hari selanjutnya. Ia
pun marah dan segera mengambil kapak dan pergi untuk menebang pohon yang tempo
hari tidak jadi ditebangnya. Lagi-lagi iblis menyambutnya dengan menyerupai
orang tua yang tak berdaya.
”Mau ke mana engkau wahai orang alim?”.
”Aku hendak menebang pohon sialan itu,” jawabnya emosi.
“Engkau tak akan mampu untuk menebang pohon itu lagi. Percayalah! Lebih
baik engkau urungkan niatmu,” jawabnya melecehkan.
Orang alim itu berusaha melawan Iblis dan berupaya untuk membantingnya
seperti yang pernah dilakukan sebelumnya.
”Engkau tak akan dapat mengalahkanku,” sergah iblis. Kemudian iblis
melawannya dan berhasil membantingnya. Sambil menduduki dadanya, iblis berkata,
”Berhentilah kamu menebang pohon ini atau aku akan membunuhmu.”
Orang alim itu kelihatannya tidak punya tenaga untuk mengalahkan iblis
seperti yang pernah dilakukannya sebelum itu.
”Engkau telah mengalahkan aku sekarang. Lepaskan dan beritahu aku,
mengapa engkau dapat mengalahkanku,” tanya orang alim.
Iblis menjawab, ”Itu karena dulu engkau marah karena Allah dan berniat
demi kehidupan akhirat. Tetapi kini engkau marah karena kepentingan dunia,
yaitu karena aku tidak memberimu uang lagi.”
Kisah yang diuraikan Imam Al-Ghazali dalam Kitab Mukasyafatul Qulub itu
memberi pelajaran bahwa betapa pentingnya nilai sebuah keikhlasan, yakni
berbuat kebajikan tanpa pamrih kecuali hanya mencari ridho Allah SWT. Ikhlas
ini merupakan ruh ibadah kepada Allah SWT. Karena itu untuk mewujudkan ibadah
yang berkualitas kepada Allah SWT kita harus pandai-pandai menata niat. Niat
inilah yang akan membawa konsekuensi pada diterima atau tidaknya suatu ibadah
yang kita lakukan.
Rasulullah SAW bersabda: ”Sesungguhnya perbuatan itu tergantung pada
niatnya, seseorang itu akan memperoleh apa yang telah diniatkannya. Barang
siapa hijrahnya itu karena Allah dan rasulnya, maka ia akan memperoleh pahala
dan barang siapa hijrahnya itu karena harta atau wanita, maka ia akan
memperoleh apa yang telah diniatkanya itu.”
Asal muasal hadits ini adalah ketika Rasulullah SAW berdakwah di negeri
Mekah merasa sulit karena selalu mendapatkan perlawanan hebat dari kaum
Quraisy. Beliau akhirnya mendapat perintah untuk hijrah ke Yatsrib (Madinah).
Beliau pun memerintahkan para sahabat untuk berhijrah. Tapi para sahabat
ternyata punya motivasi yang berbeda-beda dalam melakukan hijrah. Mulai dari
sahabat yang ikhlas mencari keridhoan Allah SWT hingga alasan wanita, harta,
dan benda. Karena itu Rasulullah menginstruksikan kepada para sahabat untuk
menata niat mereka melalui hadits itu.
Memang niat mudah diucapkan namun sukar untuk dipraktikkan. Saat kita
punya niat baik, maka saat itu juga iblis telah bersiap siaga untuk
menjerumuskan dan merusaknya. Padahal awalnya niat itu murni karena Allah.
Itulah sebabnya, Ibnu Qoyim mengatakan bahwa ikhlas itu membutuhkan keikhlasan
(al-ikhlashu yahtaju ilal ikhlash).
Niat itu bersarang dalam hati. Agar ia tetap terjaga utuh, seseorang harus menata niatnya sebelum melakukan amal, ketika melakukannya, dan sesudah selesai. Dan hal itu bisa dimiliki dengan melalui berbagai latihan (riyadhah) mental yang intensif, yakni berusaha menata niat, karena ia tidak akan serta merta bersih dengan sendirinya.
Niat itu bersarang dalam hati. Agar ia tetap terjaga utuh, seseorang harus menata niatnya sebelum melakukan amal, ketika melakukannya, dan sesudah selesai. Dan hal itu bisa dimiliki dengan melalui berbagai latihan (riyadhah) mental yang intensif, yakni berusaha menata niat, karena ia tidak akan serta merta bersih dengan sendirinya.
Yang perlu diwaspadai, iblis menggoda manusia sesuai dengan kualitas
ketaatannya kepada Allah. Semakin berkualitas seseorang kepada Allah, maka akan
digoda oleh iblis kelas berat. Di sinilah pentingnya kita selalu memohon
perlindungan kepada Allah SWT untuk menjaga niat. Apalagi manusia memiliki nafsu
yang cenderung mengarahkan kepada hal-hal yang buruk dan jahat. Bila ia tidak
diarahkan sebagaimana mestinya, maka ia akan bekerja sama dengan iblis untuk
merusak niat seseorang, baik itu lewat penyakit ujub, riya, dan sum’ah.
Kunci ibadah adalah ikhlas. Dan ikhlas itu ada di dalam hati orang yang
melakukan amal tersebut. Maka sah atau tidaknya pahala amal itu, tergantung
pada niat ikhlas atau tidak hati pelakunya. Jika dalam melakukan amal itu
hatinya bertujuan untuk mendapat pujian dari manusia, maka hal itu berarti
tidak ikhlas. Akibatnya amal ibadah yang diusahakannya tidak menerima pahala
dari Allah.
Kita benar-benar diperintahkan oleh Allah untuk memasang niat dengan
ikhlas dalam setiap ibadah kita. Jangan dicampuri niat itu dengan hal yang lain,
yang nantinya akan merusak pahala amal ibadah tersebut. Allah berfirman:
”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus.” (Q.S
Al-Bayyinah: 5).
Sebagai seorang muslim, kita harus bercermin dari kisah antara iblis
dan orang alim dari Bani Israil di atas. Semoga Allah SWT melindungi kita dari
iblis si perusak amal.
Komentar
Posting Komentar